Sumber Gambar: Pribadi

Desa Allumang/Wolu Merupakan salah satu desa yang terdapat di kecamatan Pantar Barat laut, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa Allumang merupakan Desa yang bertetangga dengan Ibu Kota kecamatan (Kayang), dan Desa Kelong Damma. Desa inipun merupakan 1 dari 7 Desa yang dimiliki kecamatan Pantar Barat Laut. Desa Allumang memiliki dua suku besar yaitu kawali dan darang, kemudian di dua suku besar tersebut memiliki pembagian suku, misalnya kawali terdiri dari suku Kawa besar, Kawa kecil dan suku Raja. Perlu di ketahui bahwa suku-suku yang terdapat pada Masyarakat Allumang berasal dari 1 nenek dan satu ba,ai,(Opa dan Oma), kemudian beranak cucu hingga sampai detik ini, yang pastinya setiap suku memiliki rumah adat dan kepala suku misalnya rumah adat suku Kawa bernama Deing Galu dan kepala sukunya Bapak Yahya Wabang, kemudian Rumah adat Suku Raja bernama Tul Terang dengan kepala sukunya bernama Bapak Waly Tung, dan kedua rumah adat ini hanya dipisahkan dengan pembatas tanah (kintal). mata pencarian utama pada Masyarakat Desa ini adalah bertani dengan estimasi/perkiraan 90% 10%nya PNS, Pengusaha, dan nelayan. Masyarakat Desa ini awalnya bertani hanya bergantung pada hasil perkebunan misalnya jagung, padi, kelapa, Umbi-Umbian, pisang, Jambu Mente, dan lain sebagainya. Namun pada tahun 2004 penduduk Desa ini mendapatkan sebuah mata pencarian baru yaitu perajin/pelaku rumput laut, dengan munculnya era ini dengan mata pecarian rumput laut, kehidupan masyarakat setempat mengalami perubahaan sosial yang sangat meningkat. Hal ini memberikan peluang besar bagi anak-anak untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi, jika zaman dulu anak-anak yang mendapatkan peluang sekolah ke jenjang yang lebih tinggi di Desa Allumang, sangat Indentik dengan orang tua yang berlatar belakang Mampu dalam keuangan/finansial. Awal mula munculnya rumput laut, tidak terlepas dari peran seorang tokoh berenerjik Bapak Yahuda Lamma Wabang, S.H beliu sering dijuluki dengan sebutan Fandem. Beliu juga tercatat sebagai mantan Kepala Desa kedua di Desa Allumang. melalui rekaman video beliu menjelaskan bahwa awalnya rumput laut tidak dalam jumlah yang banyak kemudian dikembangkan secara otodidak/mandiri, dengan penguji coba dalam skala kecil ternyata membuahkan hasil, dan memberikan wajah baru untuk Desa Allumang. Dari beliu untuk rakyat terbukti sampai pada kepemimpinan kepala Desa yang setelah yaitu Bapak Ir. Jhonly Z. Wabang dan Sekarang kepala Desanya Pestus Yakub Lily rumput masih tetap no satu/eksis hingga detik ini. Awal demam/panasnya masyarakat Allumang dengan rumput laut, praktis penghasilan masyarakat ini sangat bergantung dengan kualitas rumput laut, aktivitas utama adalah bertani di laut, otomatis mata pencarian lain ditinggalkan misalnya berkebun ditinggal total. karena apa yang masyarakat butuhkan terdapat di rumput laut. namun saat ini masyarakat sudah mixsasi (pekerjaan campuran) tidak hanya berpatokan pada rumput laut tetapi berkebunpun dikerjakan karena di Desa Allumang ataupun Kabupaten Alor pada Umumnya bercocok tanam pada saat musim hujan. hal ini juga tidak terlepas dari stabilitas kualitas rumput laut yang menurun ditambah lagi hama dari laut misalnya hama ikan, lumut dan lain sebagainya. akan tetapi rumput laut menjadi tolak ukur tertinggi bagi masyarakat Allumang untuk mendata kehidupan secara Ekonomi, Sosial dan Pendidikan. Jika kemarin kita hanya diperhitungkan sebatas penyimpak maka tidak dengan hari ini, karena kita merupakan skenario yang handal untuk menyuarakan keberadaan Desa Allumang/Wolu. Zaman dulu kita hanya sebatas pendengar dan mengagungkan patriot-patriot muda dari Desa tetangga tidak dengan zaman kita, kita tunjukkan bahwa patriot-patriot kita tidak kalah berkualitas dari Desa-Desa tetangga. Jadi sekarang tinggal kita bersadar diri menjadi yang tidak diperhitungkan atau menjadi pembawa perubahaan.

SALAM GENERASI EMAS ALLUMANG.

Yogyakarta 29-04-2021

TTD Kokul Allumang


Di ZAMANKU

edit