This is not a Wikipedia article: It is an individual user's work-in-progress page, and may be incomplete and/or unreliable. For guidance on developing this draft, see Wikipedia:So you made a userspace draft. Find sources: Google (books · news · scholar · free images · WP refs) · FENS · JSTOR · TWL |
Blog Sastra Hindu Bali yang beragama Hindu dengan orang yang memeluk agama Islam yang datang ke Bali beberapa abad yang lalu sangat memungkinkan mereka saling mempengaruhi, baik dari segi sosial mahupun budaya. Hal itu dapat dibuktikan dengan ditemui manuskrip lama Bali yang bernuansa Islam. Antaranya ialah Geguritan Nabi Muhammad tentang pemujaan kepada Allah dan Sang Hyang Widhi. Geguritan Nabi Muhammad adalah manuskrip dalam koleksi Perpustakaan Kantor Dokumentasi Budaya Bali, yang tersimpan di Kropak G/XXVII/1/DOKBUD. Jika dibaca keseluruhan teks itu, dapat diungkapkan isinya seperti ini: Apabila memuja Hyang Widhi dan Nabi Muhammad, selalu berbakti kepadaNya, pastilah hidup kita akan bahagia. Manuskrip Geguritan yang bernuansa Islam di Bali tidak dapat dipisahkan dari masuknya suku bangsa seperti Jawa, Bugis, Sasak, Madura dan Melayu ke daerah ini. Dari cerita turun-temurun itu didapati maklumat bahwa sebanyak 40 orang Islam yang mula-mula datang ke Bali sebagai pengiring kepada Dalem Ketut Ngelesir (Raja Gegel) ketika pulang dari kunjungannya ke Majapahit.
Interaksi antara penduduk Bali (yang beragama Hindu) dengan orang Islam yang datang ke Bali sejak beberapa abad yang lalu itu memungkinkan mereka saling mempengaruhi, baik dari segi sosial mahupun budaya. Hal itu dibuktikan dengan masyarakat Kampung Muslim di desa Pegayaman (Buleleng) sampai kini masih menggunakan nama depan khas Bali, termasuk I Wayan, I Made, I Nyoman dan I Ketut.
Dalam sastera Bali klasik di koleksi Gedong Kirtya, Kantor Dokumentasi Budaya Bali, Museum Bali, Perpustakaan Wilayah Bali, Balai Bahasa Denpasar dan Perpustakaan Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana telah ditemui manuskrip yang bernuansa Islam. Antaranya ialah Geguritan Siti Badariyah, Geguritan Juarsa, Geguritan Ahmad Muhamad Raden Saputra, Geguritan Yusuf, Geguritan Hamsah, dan Geguritan Nabi Muhammad. Sedangkan pada Museum Negeri Nusa Tenggara Barat di Mataram dikoleksi Geguritan Nur Muhammad, Geguritan Nabi Bercukur dan Geguritan Syariat Trazur.
References
editExternal links
edit